Selain usianya yang pas memasuki SATU ABAD, semangat KKI 2018 tahun ini juga berbeda dengan penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Kalau biasanya kita mendengar kata "KONGRES" pasti yang ada di benak kita adalah forum yang sangat serius dan biasanya diikuti oleh para ahli, tokoh-tokoh penting di bidang ini, namun pada KKI 2018, masyarakat umum juga dilibatkan dalam menentukan arah kebudayaan Indonesia ini... Output yang dihasilkan dari KKI 2018 adalah apa yang disebut sebagai STRATEGI KEBUDAYAAN INDONESIA.. yang berisi arah dan pedoman bagi upaya memajukan kebudayaan Indonesia dalam jangka menengah dan panjang. Dengan alasan-alasan tersebut, maka Kemendikbud sebagai penyelenggara merasa perlu melibatkan Volunteer untuk membantu kesuksesan acara tersebut.
Senin, 3 Desember gue pun berangkat dari rumah nenek gue di Kemanggisan menuju Galnas, awalnya gue merencanakan untuk naik bus TransJakarta dari Slipi ke Galnas (yang pastinya nyambung2). Tapi berhubung jalan yang kelewat macet (saat itu pukul 08:00) gue pun memutuskan untuk naik Grabbike. Sesampainya di Galnas tepat tiga menit sebelum jam 09:00, gue pun langsung menuju ruang seminar.
Selang beberapa saat, pemateri pun memasuki ruangan, adalah Kak Rangga (beliau sendiri yang meminta kami untuk memanggilnya dengan "Kak" dan bukan "Pak") yang memberi pengarahan terkait KKI 2018 sembari menunggu perwakilan dari Kemendikbud datang (infonya mereka tengah OTW dari Senayan). Kita pun dijelaskan apa itu KKI 2018, apa yang spesial dari KKI tahun ini hingga hal-hal terkait kerja kita sebagai volunteer. Kita pun nantinya akan dibagi dalam 6 Divisi: Area, LO, Stage, Event, Hospitality dan Backup, serta 4 volunteer secara khusus akan bertugas di tim teknis langsung dibawah supervisi Kak Rangga. Beberapa hal yang Kak Rangga tekankan diantaranya "Jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan" dan "Jangan berbohong", sebagai kunci bagi kami sebagai volunteer dalam bertugas nantinya. Kemudian kami pun dikelompokkan berdasarkan umur. Gue, yang saat itu berumur 24 tahun, harus mengakui ke-senior-an gue, memisahkan diri bersama volunteer yang seusia dengan gue. Saat duduk bareng itu gue kemudian kenalan dengan Yehesky, volunteer Asian Para Games yang bertugas di Dining Hall (Catering), yang kemudian akan menjadi rekan satu divisi gue.
Siang harinya, perwakilan Kemendikbud akhirnya tiba di lokasi. Adalah Ibu Wiwik sebagai penanggung jawab dan koordinator utama volunteer selama bertugas nantinya, kemudian menyambung Kak Rangga dengan memberi teknis detail volunteer, seperti informasi pemberian honor, absensi harian, fasilitas yang diperoleh, hingga akomodasi tempat menginap selama bertugas. Kemudian pembagian divisi pun dimulai. Berbekal CV yang dikirim malam sebelum pelatihan, Kak Rangga dan Ibu Wiwik kemudian membagi kami. Gue saat itu (di dalam hati) mengingkan untuk terpilih di divisi Hospitality, yang lebih berurusan dengan pelayanan peserta, berhubung pengalaman gue saat AG sebagai medik yang notabene berurusan dengan pelayanan.
Tapi, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Gue pun dipilih untuk masuk divisi Area. Sebanyak 14 orang (termasuk gue) dipilih untuk masuk dalam divisi ini. Setelah semua dibagi per divisi, Kak Rangga kemudian meminta masing-masing divisi untuk maju dan di-briefing terkait teknis yang akan dilakukan selama bertugas. Selama maju itu, ditunjuklah 2 orang untuk menjadi koordinator. Adalah gue (iya gue...) dan Rizky yang ditunjuk sebagai koordinator. Gue saat itu sempet lemes karena gue jujur sangat gak bisa untuk mengkoordinir orang. Last time gue menjadi ketua, yakni Menteri Media saat bertugas di BEM MIPA, supervisi gue memakan korban anak gue (staff) yang di kemudian hari ilang-ilangan. Gue pun cuma bisa berharap lebih sama Rizky (yang udah disclaimer duluan kalo dia anak yang tempramen) untuk bisa lebih tampil daripada gue.
Dan harapan gue itu menjadi kenyataan, di saat gue belum tau mau bergerak kayak apa, Rizky sudah memulainya dengan meminta kontak Head Division kita (yang memang pada saat itu dia kagak bisa dateng). Kita pun bergerak cepat dengan langsung berkenalan satu sama lain dan membuat grup WA. Setelah Rizky mengontak head kita, Mas Ugenk, dia pun langsung di-invite ke dalam grup tadi.
Divisi Area boleh gue gambarkan sebagai divisi paling ancur-ancuran, serampangan, abstrak gak jelas seperti mahakarya Picasso atau Salvador Dali yang justru menarik perhatian satu ruangan seminar termasuk Kak Rangga dan Bu Wiwik. Divisi Area harus memakan pil pahit terhampar manja di karpet pojokan ruang seminar, tapi semangat kekacauannya terbawa seruangan sampai khawatir bisa menular ke divisi-divisi lain (virus kali ahhh...)
Divisi Area berisi kumpulan-kumpulan manusia paling kocak sedunia, mulai dari Nian, cewek yang casingnya boleh perempuan tapi isinya jangan ditanya, laki sejadi-jadinya. Ada Vivin, jauh-jauh dari Semarang, kuliah dan ngekos di Semarang, orang tuanya tinggal di Jakarta, tapi baju-bajunya semuanya ada di Semarang. Ada Siti, si krucil paling lucu, ngakunya dari Pekanbaru tapi tampaknya dia Betawi Asli. Terus ada Ubeh, anak perminyakan ITB yang tinggal di deket rumah gue, di Narogong. Si Ubeh memiliki gejala pelupa yang akut seakut-akutnya. Gue gak pernah ketemu sama anak sepelupa ini sebelumnya, yang akan membawa kelucuan di episode-episode gue selama bertugas. Ada Yehesky, yang sempat kenalan di awal sebelumnya, berasal dari kota di mana Kezia Warouw, Puteri Indonesia 2016 tinggal (silahkan Google sendiri ya), yang kemudian baru diketahui satu almet (bahkan satu prodi) sama Nian, tapi dua2nya gak saling kenal, wkwkwkwk..., lalu ada Azhar, pak guru dari Majalengka yang kuliah di UNJ. Azhar boleh dikatakan Pangeran-nya divisi Area karena tampangnya yang lebih diatas standar cowok-cowok di divisi ini (termasuk gue.. dan gue akui itu), dan sangat tidak afdhol bagi ciwi-ciwi kalo foto bareng gak ada dia. Lalu ada Violeni (yang gue panggil piyo piyo), cewek yang paling gue inget nama dan tampangnya karena mengingatkan gue dengan temen gue Vio, rekan Menteri Lingkungan BEM MIPA yang saat ini lagi studi di Jepang, ganbatte... Kemudian ada Shaffa, mojang Bandung yang ramah dan di kemudian hari jadi bulan-bulanan Mas Ugenk, ada Rada, si cantik tinggi semampai dari tanah Batak bermarga Naibaho, ada Retsha yang diam-diam menghanyutkan, ada Yumna yang kemudian lebih mudah dipanggil dengan Yuna (seperti SNSD), dan Mila yang selalu nempel sama Yunma saat itu, entah kenapa... Dan terakhir tentu saja, Koor kita, Rizky, mantan FW Asian Games (yang mengurus komputer, printer dan tetek bengeknya itu..) yang merupakan orang paling tempramen di satu sisi dan kacau bin koplak di sisi lain. Rizky boleh dikatakan cowok paling alim dan paling dewasa di divisi ini, karena ketepatan waktunya saat sholat dan paling bisa menghandle situasi sulit (i'll explain about that later).
Dan, hari pertama pun ditutup dengan hujan deras yang membuat gue harus berbasah-basahan jalan dari Galnas menuju Halte TransJakarta Gambir 1 untuk pulang. Malam harinya, kabar pun datang dari grup WA. Kita akan mulai diinapkan di Hotel Aryaduta Suite Semanggi mulai malam hari 4 Desember. Artinya gue cuma waktu beberapa jam saja untuk prepare segala alat tempur gue.
Keesokan harinya, 4 Desember 2018, berbekal pengalaman gue yang nyaris telat kemarin, gue pun memutuskan untuk berangkat lebih pagi. Kali ini naik Grabbike berhubung bawaan tas gue yang berat untuk menginap di Aryaduta. Sesampainya di Galnas, vo berkumpul disana bak jamaah haji yang akan siap diberangkatkan. Cewek-cewek membawa tas koper berukuran besar, sementara yang cowok lebih memilih pendekatan sederhana dengan hanya membawa satu tas ransel dan tas selempang. Hanya Shaffa yang gue liat saat itu tidak mengikuti arus mainstream dengan hanya bawa satu tas ransel, lalu Vivin yang menyadari semua pakaiannya ada di Semarang, memilih untuk membawa pakaian seadanya.
100 orang volunteer Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, dari beragam daerah, suku, agama, adat dan kebiasaan. |
Di hari itu, kita dipertemukan dengan Head Division kita, Mas Ugenk yang ternyata tinggal di deket rumah gue, di Jatimulya, keliatan masih muda tapi sudah beristri dan punya 2 anak. Ugenk sangat cocok dengan kekacauan divisi kita dan diamini oleh semua yang ada di ruangan seminar. Ugenk boleh dikatakan sebagai head paling nyantai, dia gak ngebebanin kita dengan tugas-tugas seabrek, yang ia tekanin cuma jaga kebersihan dan jangan ngegerombol. Dan kemudian kita pun menghabiskan hari di Galnas sampai malam hari, menunggu technical meeting yang tak tentu arah dan waktu.
Pemateri, Alex Sihar (berdiri) memaparkan teknis acara bersama Kak Rangga (duduk) |
Jam 19:30 kita pun diarahkan untuk menuju hotel menggunakan Grabcar.
Kondisi di Aryaduta Suite Semanggi saat kedatangan jamaah haji... |
Sesampainya di hotel, kita pun memulai dengan belanja perbekalan di kamar dan mencari makan, berhubung di sebelah hotel terdapat minimarket, kita pun melipir ke sana. Dan setelahnya pembagian kamar pun dimulai dan dibagi per divisi dengan satu kamar berisi 4 orang. Cowok Area yang berjumlah 5 orang, terpaksa merelakan Azhar dipisahkan oleh kita dan tidur di kamar divisi lain, 4 lainnya (gue, Rizky, Ubeh dan Yehesky) dapat satu kamar.
Gue bersama Azhar, harus terpisah kamar dan lantai... |
Well, itulah perjalanan bagian pertama dari volunteer KKI 2018. Perjalanan hari-hari selama bertugas akan gue share di postingan selanjutnya. Don't forget to comment and share, okay... see you on the next episode..
0 comments:
Posting Komentar