Kembali lagi bersama gue yang nampaknya mulai mager buat nulis blog, tapi buat pembaca blog yang budiman sekalian, apa sih yang nggak buat kalian... Gue akan menceritakan perjalanan hari kedua event Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Setelah di dua postingan sebelumnya, gue menceritakan masa-masa awal bertugas, sekarang mulai memasuki bagian yang cukup seru (nampaknya). Here we go...
Kamis, 6 Desember 2018 kembali gue terbangun pagi-pagi sekali, terbangun diantara perjaka-perjaka yang masih pada terlelap dalam mimpinya. Tapi ada keanehan pagi itu, gue terbangun di kamar tanpa ada Rizky di samping gue. FYI, selama gue menetap di Aryaduta, gue mendapat kamar dengan double bed, which is, gue saat itu mau tidak mau berbagi kamar dengan Rizky, pak koor yang saat hari pembagian kamar doi sibuk dengan urusannya hingga dini hari bolong. Dua temen gue lainnya, Ubeh dan Yehesky sudah lebih dulu memilih tidur di kamar single bed, meski kamar Hesky lebih beruntung dibanding kamarnya Ubeh karena punya lemari gede buat nyimpen baju, dan kamar double bed tentu saja dimanjakan dengan segala isinya, mulai dari lemari baju, tv sendiri, sampe kamar mandi sendiri dengan bathtub, wkwkwkwk.. (sampe-sampe Hesky numpang mandi di sini) Tapi, ya itu tadi, mau tak mau gue harus berbagi kamar.
Gue pun beranjak dari kamar dan alangkah terkejutnya gue saat tahu kalo si Rizky tidur di sofa ruang tamu. Gue sempet heran, dan berpikir, ahh.. mungkin si Rizky udah bangun duluan trus ketiduran abis sholat atau abis nonton tivi kali.. Gue pun kemudian memilih untuk mandi duluan, dari pada nanti berebutan kamar mandi, bisa berabe urusannye..
Bro Rizky, sudah sepenuhnya sadar dan mewartakan alasannya tidur di sofa malam itu.. |
Selang berapa lama kemudian, Rizky pun bangun dan mewartakan alasan doi tidur di sofa malam itu.. ternyata eh ternyata, GUE NGOROK DENGAN SANGAT KERAS DAN MENGGANGGU... (maafkan capslock yang jebol ini...) Rizky pun cerita kalo dia malem-malem gak bisa tidur karena ngoroknya gue yang menurut analisis badan geologi, mampu meretakkan jembatan Semanggi. Dan, bukan kali ini aja ngorok gue menjadi problem. Di rumah, emak gue komplain kalo gue suka ngigau sendiri setiap malam, trus ketika gue KKN (Kerja Kuliah Nyata) tahun 2015 di Tasikmalaya, gue menghadapi masalah serupa, mendapat komplain dari rekan-rekan serumah. Tapi pas gue jadi volunteer Asian Games, alhamdulillah, gak ada komplain, yang ternyata disebabkan penghuni sekamar gue saat itu adalah pengorok semua (jadilah satu ruangan kayak paduan suara, wkwkwk..)
Setelah semua rapi, kita pun beranjak ke restoran, kali ini gak early breakfast karena kita diminta dateng jam 07.30, lebih baik dari kemarin di mana kita mesti dateng jam 06.10 pagi. Setelah makan pagi, kita pun langsung berangkat naik GrabCar ke Kemendikbud.
Hari itu, gue mendapat jobdesk di Dome (Kubah Bambu), yang, pertunjukannya baru dimulai jam 19.00 malem. Artinya, gue di pagi dan siang hari gak ada gawe. Gue pun memutuskan untuk melipir ke Aula Graha Utama Lt. 3, tempat yang paling awal mulai acara. Kuliah umum pertama pagi itu diisi oleh sosok yang sangat gue kenal, Prof. Wardiman Djoyonegoro, mantan mendikbud era Soeharto yang juga merupakan anggota dewan pembina Yayasan Puteri Indonesia. Gue pernah liat pak Wardiman sampe bela-belain dateng ke Las Vegas untuk dukung Anindya Putri, Puteri Indonesia 2015 yang saat itu tengah berlaga di Miss Universe. Meski fisik nggak bisa dibohongin, tapi semangatnya itu lhoo... Dan gue pun bisa bertemu langsung dengan beliau sesaat sebelum tampil, walau cuma salaman dan bincang-bincang singkat (gak sempet minta foto, huhu..) tapi itu aja udah bikin gue seneng.
Pencitraan pagi itu, untung Pak Wardiman belum dateng... |
Setelah melipir di Graha, gue pun beranjak ke Bazaar, nemenin Hesky yang udah mantek di tempat ini sejak Hari ke-1. Gue pun pertama kali kenalan sama Ruben, anak backup dan mantan vo Asian Para Games yang juga mantek di tempat ini bareng Hesky. Kerjaan vo di Bazaar untuk mastiin kebersihan tempat, berhubung bazaar ini diisi oleh stand-stand kuliner laut, yang bakal berpotensi mengundang lalat, keluarganya dan sahabat-sahabatnya untuk berkerumun.
Gue pun banyak dapet cerita dari Ruben pas bazaar hari pertama, lebih nyantai karena gak terlalu crowded, mungkin karena hari pertama dan orang belum banyak dateng ke acara ini. Tapi tetep kebiasaan masyarakat kita sangat terpancar di tempat ini, MALAS MEMBERSIHKAN BEKAS MAKANNYA SENDIRI... Biarpun trash bag udah ditaro di sekeliling tempat bazaar (dan sejauh mata gue memandang keliatan bener itu trashbag) tapi orang kita malas betul rasanya ketika mau meninggalkan meja makan lalu membawa bekas makanannya sendiri dan ngebuangnya di tempat sampah.
Membereskan meja makan, photo taken by Ruben.. |
Dan fenomena itu pun terjadi, pada saat jam makan siang. Piring plastik kotor, botol-botol plastik, cup minum bekas ngopi terhampar manja di atas meja, ditinggalkan begitu saja. Kita pun kemudian membereskan kekacauan ini, untuk orang lain makan di meja ini. Satu pembelajaran berharga bagi gue hari itu, untuk selalu menjaga kebersihan. Kebudayaan yang harus ditanamkan bangsa ini harus dimulai dari hal sesederhana membuang sampah pada tempatnya, tidak malas-malasan dan menghargai orang lain yang akan menggunakan meja bekas kita makan dengan membereskannya. (mungkin karena yang pada makan menganggap bazaar ini seperti makan di restoran kali ya...)
Pukul 12:30 kembali gue dan Azhar, rekan gue yang menemani tugas clear area Pawai Keliling kembali melakukan tugas ini lagi, dikawal 3 anak LO, Fais, Chitta dan Gina. Kalo kemarin pawainya diisi Tarian Kabasaran dari Manado, hari ini ada tarian Barongsai dan Liong. Dan terang saja, hari itu kita semua jadi bulan-bulanan peserta kongres yang pada nanya "Kok Barongsai? Emang itu Budaya kita ya?" (bukan bermaksud rasis, tapi ini kenyataan). Kita pun kembali mengawal pawai ini sampai selesai, alhamdulillah gak ada kendala berarti berkat bantuan dari satpam kemendikbud.. Nuhun pak..
Foto bersama penampil Barong dan Liong sehabis tampil, penampilnya kebanyakan anak-anak muda.. |
Tapi ada satu pemandangan yang menginspirasi gue saat itu, ketika sebelum tampil siang itu sempat turun rintik hujan, gak terlalu besar tapi berpotensi untuk menjadi hujan lebat, sempat ada perdebatan apakah pawai tetep dilanjutkan. Akhirnya pawai pun dilanjutkan ketika rintik itu berhenti. Tapi ketika penampil barong sudah setengah jalan memulai penampilannya, rintik pun kembali turun, tapi mereka tetep dengan semangatnya tampil, lebih-lebih penampilnya saat itu didominasi anak-anak muda seusia SMP-SMA mungkin. Atraksinya pun boleh dibilang cukup menguras energi dan tenaga, bayangkan, anak-anak ini harus berputar-putar mengelilingkan naga dari kepala sampe ekor, dan atraksi ini gak dilakuin di satu spot aja, tapi di 4 spot (pembukaan di depan Gedung A, di Gedung E, gedung C dan penutupan kembali di Gedung A). Saat tampil di depan Gedung E, gue ngeliat tampang anak-anak yang ngebawa barongsai keliatan kelelahan, tapi mereka tetep all out buat nampilin pertunjukan mereka. Setelah setelah pawai keliling pertama (dan masih ada yang kedua di jam 15:30) gue pun kembali ke area Bazaar.
Pukul 16:00 setelah sholat Ashar (sempet ngaret karena hujan), penampilan pawai keliling kembali dilakukan. Setelah selesai pawai ini, gue pun sempet ngerasa kalo gue udah nyaman di bagian ini, apalagi setelah Fais, LO yang ikut ngawal pawai ini, minta gue dan Azhar untuk terus jadi orang Area yang nge-handle clear area pawai. Gue pun jg ngasih kontak Azhar yang mesti ninggalin tempat abis clear area untuk jaga area Futsal di Lantai 3 Gedung A.
Pas clear area pawai keliling.. Anggap saja ini pencitraan |
Setelah maghrib, gue pun merapat ke Panggung Kubah Bambu (Dome). Hari itu penampil di panggung ini sangat istimewa, karena diisi oleh orkestra dari Jakarta City Philharmonic.. WOOOOOWW.. belum lagi salah satu penampil yang menyanyi bareng JCP adalah Melly Goeslaw, WOOOOOOOWWW.. Gue pun standby di red carpet bersama Shaffa saat itu.
Entah durian jatuh di sebelah mana, saat gue dan Shaffa berdiri jaga di red carpet, sesosok maestro lewat di depan kita, ANTO HOED, sosok penting yang mengawal penampilan JCP (dan tentunya sang istri, Melly, hohoho...). Sempet malu-malu untuk minta foto, akhirnya Shaffa memberanikan diri minta foto dengan beliau, dan ternyata eh ternyata, langsung disambut baik (gak seperti artis-artis lain yang pada SHHOMBBONG kalo ada yg minta foto). Shaffa pun foto bareng dan gue pun nimbrung foto dengan mas Anto. Gak lama kemudian, Nian, rekan gue yang abis jaga di tempat futsal dateng ke red carpet mewartakan kabar bahagia kalo dia abis foto sama IVAN LANIN.. WHAAATTT??? FYI, Ivan Lanin ini bukan orang asing bagi gue, dia adalah senior gue di Wikipedia Bahasa Indonesia, serta aktivis penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan memang, pada hari itu, Mas Ivan mengisi debat publik di Lap. Futsal Lt. 3 dengan tema "Serapan: Eksplorasi Pengayaan Bahasa Indonesia".
Bersama Mas Anto Hoed, orangnya ramah dan wangi... |
Gak kalah dengan Nian, gue dan Shaffa yang dibuatnya kecewa karena gak bisa ketemu sama Ivan Lanin mewartakan kabar kalo kita foto bareng Mas Anto Hoed. And, guess what.. Nian langsung kejang-kejang, wkwkwk.. (becanda deng.. lebay ahh..). Nian pun akhirnya mendapat foto bareng Mas Anto di backstage... so lucky..
Setelah itu penampilan pun di mulai, seperti biasa ada penyampaian pendapat dari PM Toh, penyampaian inspirasi dan baru yang sangat gue tunggu-tunggu, penampilan JCP...
Saat penyampaian inspirasi ada satu penampil yang cukup membuat gue tertegun dengan penyampaiannya, yaitu Hokky Situngkir, seorang peneliti yang memanfaatkan sains dan teknologi untuk mengungkap sisi lain dari khazanah budaya Nusantara. Salah satu capaiannya adalah berhasil memecahkan rahasia motif batik Nusantara, sampai menggagas Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Selama penyampaian materinya, gue sempet dibuat kagum dengan penemuan-penemuan yang beliau paparkan, mulai dari kesamaan pola dari motif-motif batik se-Nusantara, seperti membentuk DNA, lalu dari sambal-sambal se-Nusantara yang punya keunikannya masing-masing, hingga cendol se-Nusantara.
Pematerian dari Pak Hokky Situngkir, prove that science and technology can go together with arts and culture.. so inspiring.. |
Pak Hokky sendiri ternyata merupakan bukan sosok yang asing di telinga gue saat itu, karena sebelumnya gue sudah mengetahuinya dari Rizky, yang ternyata sedang melakukan riset dengan beliau ketika doi gak ada saat pembagian kamar di Aryaduta, yang mengharuskan gue bangun jam 3 pagi cuma untuk bukain dia pintu. Rizky pun sempet cerita saat pembekalan hari ke-2 di Galnas kalo dia bakal diskusi dengan Pak Hokky setelah pembekalan selesai, sembari ngenalin beliau dan riset-riset yang udah dilakuin bareng Sobat Budaya, sebuah komunitas yang peduli akan budaya Nusantara.
Ada satu momen ketika gue dan sejumlah anak area yang sedang jaga di red carpet dome lagi merhatiin materi dari Pak Hokky. Yumna saat itu pengen nanya siapa itu Pak Hokky, dan dia nanya ke Rizky (yang ada tepat disamping dia) yang saat itu lagi keliatan seriuuuusss bener merhatiin materi Pak Hokky. Pas Yumna nyolek badan Rizky, spontan Rizky pun risih dan sampe refleks ngangkat tangannya, which makes Yumna a little bit feel disrespected at that time. Gue yang ngeliat peristiwa itu, hanya cuma bisa ngasih rasionalisasi atas apa yang terjadi tadi, "mungkin karena lagi serius kali si Rizky". Sempet ada rasa-rasa gak enak gimana gitu antara Yumna sama Rizky, tapi cuma sesaat aja kok.. dan everything back to normal after that..
Dan, penampilan yang gue tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga.. Jakarta City Philharmonic WHOOOOHOOOO... Sepanjang penampilan, gue seperti terbawa dalam suasana di auditorium atau opera house, mendengarkan musik orkestra yang lembut.. Belum lagi pas Melly Goeslaw tampil, semakin dibuatnya mulut gue bernyanyi..
Bersama Teh Melly, such a honor.. |
Dan, malam itu berakhir dengan kebahagiaan, terlebih di akhir acara gue dan rekan-rekan vo yang bergerombol di red carpet saat itu berbaris di sepanjang karpet, mengucap terima kasih pada para peserta yang selesai menyaksikan pertunjukan tadi dan beranjak pulang. Sebelum beranjak dari dome kembali ke basecamp, Ubeh datang dengan mewartakan kabar kalo dia bakal bikin kejutan buat ulang tahun rekan kita, Rada si cantik tinggi semampai dari tanah Batak bermarga Naibaho, yang setiap hari standby di area registrasi. Gue sempet ngira kejutannya bakal dilakuin di basecamp, tapi ternyata kejutannya dilakuin di hotel. Sekira pukul 23:00 kita pun balik dari Kemendikbud ke Hotel.
Sesampai di kamar hotel, gue, Ubeh, Rizky dan Hesky pun hanya bersih-bersih sebentar sebelum memulai rencana untuk ngasih kejutan buat Rada. Kita pun menunggu di lobby, menunggu ciwi-ciwi yang bakal nganter kita ke kamar Rada. Ada fenomena unik saat itu, pas Ubeh kelupaan lilin buat ditaro di kue (baca: roti). Si Ubeh pun sampe naik ke kamar buat nyari tuh lilin dan gak ketemu, sampe akhirnya dia baru sadar kalo itu lilin ada di Siti, si krucil yang pas dihubungin saat itu ternyata dia... *(bagian ini dihilangkan atas kebijakan editorial karena ada kaitannya dengan barang pribadinya)*. Akhirnya kita pun berame-rame menginvasi kamar Rada dan SURPRISE.... meski diduga Rada sudah tahu kalo dia bakal dikasih kejutan sama kita-kita, tapi akting kagetnya boleh lah, wkwkwk.. Dan malam itu menjadi malam yang spesial tidak hanya buat Rada, tapi juga buat kita-kita..
Happy Birthday Rada, semoga semakin sukses dan jaya selalu.. |
Well, itulah cerita di hari kedua bertugas di Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Hari ketiga hingga kelima serta farewell day akan hadir di postingan selanjutnya. Don't forget to comment, like, and share this post.. see you on the next post..
0 comments:
Posting Komentar