AFF Suzuki Cup 2010 - Walau Kalah, Garuda tetap Di Dadaku
Indonesia patutlah berbangga dan mungkin berbesar hati karena dengan rekor tak terkalahkan sejak babak penyisihan dan adanya pengalaman mengalahkan harimau malaya 5-1 saat babak penyisihan grup meembuat Indonesia dijagokan banyak kalangan. Sementara Malaysia hanya mengandalkan pemain "tanpa naturalisasi" dan striker andalannya (Mohd. Safee Sali).
Namun nampaknya itu tidaklah benar, saat final Leg 1 AFF di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, Tim Garuda Indonesia harus takhluk ditangan Harimau Malaysia dengan gol 3-0. Walau terjadi insiden laser di menit ke 54 yang meneror pemain Indonesia (terutama Markus Horison sang penjaga gawang) namun nampaknya sejumlah pemain Indonesia sudah lebih dahulu down.
Banyak kalangan menilai laser-lah yang menjadi awal menurunnya performa pemain timnas Indonesia. Namun menurut Alfred Riedl (pelatih timnas Indonesia), hal ini lebih disebabkan PSSI yang terlalu berlebihan terhadap pemain timnas (walau akhirnya dibantah dalam salah satu wawancara di Metro TV). Namun harapan masih ada pada leg 2 Final di GBK, Senayan Jakarta.
Demi menyokong Timnas yang tertinggal 3-0 dari Malaysia, rakyat berbondong-bondong datang ke GBK untuk membeli tiket yang harganya melambung seperti kelas 1 yang dibanderol awalnya 75.000 namun setelah didesak akhirnya turun menjadi 50.000. Antrean pun menjadi sesak demi tiket final leg 2. Bahkan seorang pemulung pun jadi korban tewas setelah berdesakan didalam antrean tersebut.
29 Desember 2010, final Leg 2 AFF dimulai. Indonesia mulai menunjukkan serangan-serangan. Tembakan bola silih berganti datang ke daerah pemain lawan namun tak sampai masuk ke gawang. Puncaknya adalah peluang Penalti yang diberikan Indonesia akibat handsball pemain Malaysia. Namun sayangnya sang eksekutor kapten Firman Utina tak berhasil memberi 1 gol ke gawang Indonesia. 45 menit pertama Indonesia tak berhasil menambah pundi-pundi gol.
babak dua, Malaysia memberikan 1 golnya yang pertama. Semua orang mulai lesu, lemas, lunglai tak berdaya. Indonesia butuh 5 gol untuk bisa menang melawan Malaysia. HOW??? Di tengah keputus asaan tersebut 2 gol berhasil dipersembahkan Muhammad Nasuha dan M. Ridwan. Walau Indonesia menang 2-1 namun secara agregat Malaysia menang 4-2. Indonesiapun hanya bisa berpuas diri sebagai runner-up (not bad, laahh....)
Namun kemenangan tersendiri adalah dari Bangsa Indonesia yang mampu dibangkitkan rasa nasionalismenya oleh sepak bola. Di tengah situasi para elite politik tak menentu dan memudarnya kepercayaan terhadap penguasa, nyatanya sepak bola mampu membangkitkan nasionalisme dan mencerahkan suasana. Rakyat biasa pun ikut ber-euforia sampai-sampai yang tak tahu bola pun ikut merasakan atmosfirnya. Selebriti, ibu rumah tangga, karyawan, mahasiswa, pengamen hingga TKI ikut bersatu padu tanpa membedakan status mereka demi mendukung Timnas. Suatu pencapaian yang luar biasa.
Walau Indonesia kalah, namun itu bukanlah akhir dari segalanya. Ingat! kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. AFF barulah kelas Asia tenggara. Masih ada SEA games, AFC Cup (tingkat Asia), Asian Games, bahkan Olimpiade ataupun World Cup. The Journey is still far. Butuh dukungan maksimal dari seluruh rakyat Indonesia. Jangan hanya dengan event ini saja nasionalisme kita bangkit, namun teruslah tumbuh. Walau kalah, Garuda tetap di dadaku.
0 comments:
Posting Komentar