16 TAHUN TERISTIMEWA - Dikerjain tapi "Kurang sukses"
Tapi biarlah. Toh gue ingin satu sekolah bisa ngerasain kebahagiaan yang gue juga rasain. Saat gue tiba di sekolah, banyak temen-temen gue yang langsung minta traktiran. Memang gue dah rencanain mau nraktir 5 orang tapi kalo melihat situasi, bisa satu Kelas IPA yang gue harus traktir.
Saat masuk kelas gue (IPA 2), anak-anak langsung neriakin kata "Traktirannya dong..". Sebuah kata yang lazim diucapkan kala ada temennya yang ultah (apalagi kalo yang ultah itu ketua kelas IPA 2). Saat istirahat gue langsung berjejal dengan anak-anak cewek ipa 2 yang lebih nafsu kalo mau ditraktir. Ada Erda, Dita, Okta, Fanny, Ajeng, Dian dan Rani. Kita semua makan mie dan semuanya gue yang traktir.
belum sampai disitu. Anak-anak cowok juga nggak mau ketinggalan. Ada Sony, Rafif, Reksy dan Dimas "Qoiiyou" yang mau gue traktirin (walau hanya 2 buah cireng wasiat)..Masuk ke kelas, semua masih nampak normal sampai ketika setelah selesai pelajaran LH, suatu keanehan pun terjadi.
Tak lain tak bukan adalah Nuri, temen gue yang memang dari awal masuk mukanya udah tampak pucet. ~bagian setelah ini sudah memasuki awal sandiwara~ Dia saat itu sedang nangis karena mengaku hapenya hilang. Mengetahui gue pasti mau dikerjain, gue langsung bergegas melihat isi tas gue dan seperti yang sudah gue duga sebelumnya, HAPENYA ADA DI TAS GUE.
Melihat hal ini, seluruh temen gue lantas tak percaya, kesal dan tertegun. Emil (gue) yang selama ini "dianggap baik" ternyata adalah seorang Klepto... Melihat hal ini, Nuri sang pemilih hape menangis dengan air mata yang terurai (padahal sih air aqua yang ditetesin ke matanya). Gue lantas berusaha mendekati dia dan mencoba mencari jalan keluar. tetapi Nuri selalu berkata "Mana Ada Maling yang ngaku maling?". Kata-kata ini seolah sudah menjadi tameng Nuri agar bisa "ngeles" dari pertanyaan gue. Temen-temen lain yang "nampaknya" merasa gagal, berusaha memanggil guru agar lebih meyakinkan.
Adalah Bu Rini Widjastuti, Guru Biologi gue yang sangat akrab sama gue (padahal sih biasa aja) menghampiri gue. Beliau merasa tak percaya seorang EMILLE bisa mencuri Hape. Beliau berusaha mencoba memojokkan gue agar gue dianggap maling hapenya nuri. Tapi karena gue dah keburu membaca gelagat aneh bu Rini, Terpaksa hal ini dibawa ke Wali Kelas gue, Bu Enik.
Di Kantor, gue serasa layaknya di Kantor Polisi. Gue di interogasi abis sama Bu Enik (yang udah nyata2 dia guru paling baik se-SMA 13 dan agak susah marah). Beliau (karena tidak bisa marah), berusaha mengganggu emosi gue lewat sisi psikologis. Beliau menceritakan bagaimana ia tidak habis pikir seorang EMILLE yang notabene ketua kelas IPA 2 (Alias kaki tangan bu Enik) bisa mencuri Hape nuri. Ia pun menggambarkan Seorang Emil saat kelas 1 dan kelas 2 sangat berubah dengan adanya peristiwa ini. Beliau lantas menyuruh agar gue meminta maaf sama nuri di depan Kelas.
Kejadian ini berusaha ditambahkan oleh Erda dengan mengatakan "Jangan-jangan duit traktiran tadi duitnya si Nuri!". Tapi omongan itu langsung terhapus karena pada nantinya Guru nggak punya bukti kalo nantinya gue nanyain bukti gue nyuri duitnya Nuri. Akhirnya omongan tetap berkisar seputar Hape nuri. Tambahan lain adalah bu Arfina yang bilang kalo gue sering ngehina dia lewat facebook. Tapi omongan ini hilang karena bu Arfina nggak sering Online. Mana ada orang yang jarang online tau kalo gue ngatain dia (udah pasti cerita karangannya beliau).
Setelah mendapat instruksi agar gue meminta maaf ke Nuri didepan kelas, gue lantas menuju ke kelas. Dengan Melewati jembatan dengan rawa disampingnya, gue yang mau ke kelas gue di gedung 2 sekolah sudah yakin gue akan didorong. Pada saat gue akan didorong, gue langsung berusaha menghindar dan percobaan pertama pun gagal.
Saat gue hendak menyatakan permintaan maaf, gue bingung karena si Nuri nggak ada, Lalu gue cari lagi si Nuri ke Gedung 1 dan ternyata gue juga dipanggil sama Pak Yulianto, Guru Olahraga gue. Beliau memberi petuah biar gue nggak telat-telat kalo praktek. Terus gue disuruh squat Jam 30 kali (walau pada akhirnya cuma 20 kali). Setelah itu beliau lantas mengucapkan selamat ultah buat gue.
Saat gue mau nyebrang lagu ke gedung 2 (karena gue mau ngambil tas terus pulang), gue langsung didorong ke rawa dan PLUUNGG..gue nyemplung ke rawa (walau cuma kaki doang). Trus gue dilempar sama tepung dan telor yang ternyata itu semua hasil patungan anak2 IPA 2 buat ngerjain gue. Gue pun harus rela dihujani tepung sama telor oleh kawan-kawan gue.
Saat guru-guru nyuruh gue untuk menjejali temen gue dengan telor di badan gue, gue langsung ngejar mereka. Si Ghazi, Okta, Hesti, Nuri, Dian, dan lainnya gue kejar. Tapi Cerita lain datang dari Nico yang kebetulan ultahnya sama dengan gue. Dia saat menonton gue kejar-kejaran berada di atas jembatan sontak didorong oleh anak-anak dan PLUUNGG, jatohlah juga dia.
Gue pun lantas menjadi bahan foto anak-anak IPA. Banyak orang mengabadikan foto saat gue dilemparin Terigu dan telor. Tapi kayaknya anak-anak kelas 1 yang nggak tau apa-apa melihat gue dengan sinis, jijik dan serasa dunia miliknya. Mereka lewat dengan tampangnya yang aneh seperti melihat "bangkai hidup".
Tapi Biarlah, pas gue mau pulang, semua itu terungkap. Ternyata anak2 IPA 2 rela ngeluarin duit cuma buat membeli telor sama terigu buat ngerjain gue. Gue sampai nggak habis pikir, mereka pada care dan perhatian sama gue. Maka dari itu di akhir tulisan ini gue mau ngucapin terima Kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
Bu Enik, Bu Rini, Bu Arfina, Miss Firda, Bu Ning, Pak Yulianto, Semua Anak-anak XI IPA dari IPA 1-IPA 4. Dan Special Thanks gue tujukan kepada Nuri (dengan aktingnya yang spektakuler) dan Widodo (Yang udah ngebeliin telor dan terigu buat ngerjain gue) dan tentu saja semua anak IPA 2 yang rela keluar duit buat ngerjain Gue. Thanks To You ALL, and Enjoy the Party....
0 comments:
Posting Komentar