1. Bendera dari Seprai
Ibu Fatmawati Soekarno saat menjahit Bendera Pusaka (sumber: paskibraka-community.com) |
2. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah teks proklamasi hasil tulisan tangan Bung Karno (kiri) dan hasil ketikan Sajuti Melik (kanan) yang ditandatangani Soekarno-Hatta (sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka) |
Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
3. Perdebatan Penandatanganan Teks Proklamasi
4. Proklamasi di Lapangan Ikada
Lapangan Ikada pada Bulan Agustus 1945, tampak penjagaan tentara Jepang dengan kerumunan masyarakat (sumber: anton-djakarta.blogspot.com) |
5. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan
Soekarno berdoa usai membacakan teks proklamasi (sumber: Alwi Shahab - REPUBLIKA) |
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sebelum pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini.
Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah-tengah bulan puasa Ramadhan.
"Pating greges", keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi.
Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.
"Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!", ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih.
Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai.
6. Mikrofon dan Pengeras Suara Mati Saat Pembacaan Naskah
Soekarno ketika membacakan teks proklamasi di kediamannya, Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta (sumber: Kompas) |
7. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
Prosesi pengibaran bendera di halaman depan rumah Soekarno, dengan pengerek bendera cucando Latief Hendraningrat dibantu oleh S. Suhud (sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka) |
7. Perubahan Naskah Proklamasi Klad (Tulis Tangan) dan Naskah Proklamasi Autentik (diketik Sajuti Melik).
Sayuti Melik diminta oleh Bung Karno untuk mengetik naskah yang sudah disetujui hadirin. Ia ditemani oleh BM Diah saat mengetik naskah. (Dewi/detikTravel) |
Ketika naskah proklamasi diketik, beberapa kata yang mengalami perubahan setelah diketik adalah sebagai berikut:
- Kata “Proklamasi” diubah menjadi “P R O K L A M A S I”,
- Kata “Hal2″ diubah menjadi “Hal-hal”,
- Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”,
- Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05″ diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05″,
- Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Keterangan: Tahun '05 pada naskah merujuk pada singkatan tahun 2605 dari tarikh Sumera yang sama dengan tahun 1945 masehi.
8. Tanggal 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat, dan merupakan hari ke-9 Ramadhan pada tahun tersebut.
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam Harian Merdeka |
9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan di Bawah Pohon Berkat kebohongan
Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer dari harian Asia Raja yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Frans mengatakan bahwa negatif itu sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan.
Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu di afdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang.
10. Penyebaran Berita Proklamasi
Gedung Menteng 31 (sekarang Gedung Joang 45), tempat pemancar radio yang baru (sumber: Wikipedia) |
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan juga dilakukan melalui media massa yang ada saat itu, ada pula dengan menggunakan spanduk dan famlet di jalanan.
REFERENSI
- Apa Kabar Dunia, Fakta Unik Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Jarang Diketahui Umum, 2012 [URL]
- Tim Penyusun, 1980. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 (Jilid 1), Jakarta: PT Tira Pustaka
- Panitia Peringatan 70 tahun Wilopo, 1979. Wilopo 70 Tahun, Jakarta: Gunung Agung
- Kartodirjo, S., Poesponegoro, M. D. & Notosutanto, N. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia, ±
1942-1998. Jakarta: PT Balai Pustaka
0 comments:
Posting Komentar