Hanya beberapa hari lagi menjelang pesta demokrasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2014 akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014, tentunya saat ini sebagian besar pemilih telah setidaknya memiliki bayangan akan memilih siapa pada pemilu nanti. Pemilu kali ini begitu luar biasa karena menghadirkan sedikit pilihan bagi masyarakat yakni 2 pasang saja: 1) Prabowo-Hatta dan 2) Jokowi-JK, yang justru semakin memudahkan masyarakat untuk memilih, dengan kans terpilih 50:50.
Pastinya kedua capres-cawapres tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan menggerakkan mesin politiknya dengan mengajak relawan dan simpatisan para calon untuk mensosialisasikan visi misi keduanya di hadapan para pemilih. Debat dihadirkan di televisi, difasilitasi oleh Komisi Pemilihan Umum untuk mengetahui lebih jauh visi misinya dan bagaimana capres-cawapres menjawab tantangan Indonesia kedepan dalam berbagai topik setiap minggunya.
Mesin politik tidak hanya datang dari para kader partai koalisi, relawan dan simpatisan. Media informasi pun tak ketinggalan menunjukkan kekuatannya untuk "mempengaruhi" para pemirsanya. Televisi kian gencar memberitakan keseharian capres-cawapres yang didukungnya, sementara media cetak dan portal berita web memberikan penjelasan yang lebih gamblang lagi dalam bentuk tulisan, opini maupun kritik.
Namun, bagaimana sesungguhnya sosok para capres-cawapres tahun ini. Berikut adalah gambaran sosok keduanya dalam perspektif saya, sepengetahuan saya dengan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Tulisan ini murni karya sendiri, tidak memihak kubu manapun dan bahkan tidak ada unsur pemaksaan dalam penulisan postingan ini (apalagi dibayar..).
1. Prabowo Subianto & Hatta Rajasa
Mendengar nama Prabowo Subianto, jujur saja saya masih kurang mengenal sosok ini. Saya awalnya hanya mengetahui beliau sebagai ketua umum Gerindra, ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang iklannya sudah banyak melalang-buana di televisi untuk mendukung Indonesia berdikari dan mandiri bahkan sebelum pilpres ini berlangsung. Prabowo juga dikenal pernah bersama ibu Megawati Soekarnoputeri mencalonkan diri sebagai pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2009, namun kalah oleh pasangan SBY-Budiono.
Namun, ketika mendengar nama ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, saya jadi teringat salah satu bagian pada pelajaran IPS sejarah dan ekonomi saat SMP dan SMA. Beliau adalah begawan ekonomi, seorang intelektual ekonomi yang turut membantu dalam upaya stabilisasi ekonomi Indonesia pasca inflasi yang terjadi di masa pemerintahan Soekarno. Beliaulah yang menggagas program "Gerakan Banteng" pada saat menjabat sebagai Menteri Keuangan/perdagangan(?) kabinet Natsir (1951) dengan memberi bantuan keuangan pada perusahaan Indonesia (pengusaha pribumi) agar bisa bersaing dengan non-pribumi. (Baca: Sistem Ekonomi Gerakan Banteng)
Mengenai masa lalu Prabowo pada saat krisis di Timor Leste, maupun kerusuhan 1998, saya kembali mengingat pelajaran IPS sejarah, dan tidak pernah ada pada bagian sejarah masa orde baru menyebut nama Prabowo Subianto (entah buku yang saya pakai kurang detail atau apalah..). Namun, dalam rekam jejak Prabowo memang ada keterlibatan beliau disaat tersebut sebagai bagian dari kesatuan TNI/ABRI dalam menjaga stabilitas negara. (Baca: Prabowo Presiden, Indonesia Bisa Kalahkan Singapura dan Malaysia)
Sementara Hatta Rajasa telah dikenal sebagai Menko Perekonomian, Menteri Perhubungan dan Menteri Sekretaris Negara di era SBY, serta Menteri Riset dan Teknologi di era Megawati. Beliau juga dikenal dalam perannya sebagai ketua umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Salah satu yang turut mendongkrak namanya adalah ketika beliau menjadi besan dengan SBY atas pernikahan anaknya, Aliya Rajasa dan putra presiden SBY, Edi Baskoro Yudhoyono. (Baca: Anak Ibas-Aliya Bawa Keberuntungan SBY & Hatta; SBY-Hatta Kompak Jenguk Cucu; Demokrat Andalkan Efek SBY Menangkan Prabowo-Hatta, Bagaimana Sikap SBY? )
Hatta Rajasa mendapat sorotan utama ketika kasus kecelakaan yang melibatkan anaknya yang lain, Rasyid Rajasa karena dianggap mendapat perlakuan istimewa dari polisi terhadap kasus anaknya tersebut. Terlebih saat itu beliau masih menjabat sebagai menteri di kabinet Indonesia Bersatu II. Hakim memberi vonis kepadanya kurungan penjara 5 bulan atau denda Rp 12 juta atas tindakannya tersebut. (Baca: Akhir Kisah Kecelakaan Sang Anak Menteri)
2. Joko Widodo & Jusuf Kalla
Mendengar nama Joko Widodo (Jokowi), telinga dan otak saya sudah pasti mengingatnya tentunya diawali sejak beliau menjabat sebagai walikota Solo. Gagasan beliau yang luar biasa diciptakannya dengan memperkenalkan mobil esemka, hasil karya salah satu SMK di kota tersebut. Mobil yang sempat digadang-gadang "akan" menjadi mobil nasional ini menjadi prestasi jokowi saat itu. Selain itu, kebiasaan beliau yang "blusukan" menemui masyarakat Solo secara langsung juga dianggap sebagai bentuk baru dalam memerintah, yakni turun langsung mendengar keluhan dan aspirasi masyarakat yang dipimpinnya.
Namun, semua berubah saat beliau mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, kota besar dengan tantangan besar baginya. Membawa bekal kemampuannya sebagai walikota Solo selama 2 periode, dan terobosan "blusukan", menjadi pilihan yang baik bagi warga Jakarta. Saya yang notabene warga "tetangga" Jakarta (tentunya tidak punya hak pilih saat Pilgub Jakarta), sangat mengingikan beliau bisa memimpin Jakarta dengan baik sebagaimana halnya kota Solo. Dan, doa pun terjawab saat beliau disumpah memimpin Jakarta selama 1 periode.
Blusukan pun masih dilakukan, saat banjir bandang melanda Jakarta, beliau turun langsung menemui warganya yang kesusahan, begitu pula saat beliau turun masuk ke gorong-gorong (diliput televisi tentunya) untuk melihat sistem drainase kota ini pasca banjir tadi. Beliau juga terkenal menyukai musik metal, terbukti saat beliau datang pada konser Metallica di Jakarta. (Baca: Hadiri Konser Metallica, Jokowi Tak Mau Nonton Sambil Duduk)
Namun, berbagai prestasinya yang sempat ia torehkan di Solo pun ia tinggalkan saja saat menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Mobil esemka tak lagi dibawa ke Jakarta, ditinggalkan tanpa kejelasan mengenai kelajutan produksi mobil yang kabarnya tak lulus uji emisi. (Baca: Warga Solo Pertanyakan Mobil Esemka ke Jokowi)
Ketika Jokowi dicalonkan sebagai capres, ada pihak yang mendukung serta menentangnya. Di satu sisi, Jokowi membawa angin segar bagi negara demokratis yang ingin dipimpin oleh "rakyat biasa" untuk rakyat juga, namun disisi lain Jokowi dianggap tidak menyelesaikan amanah yang telah diberikan rakyat Jakarta untuk memimpin Kota besar ini selama 5 tahun.
Setelah Jokowi, beralih ke Jusuf Kalla. Mantan wakil presiden di tahun 2004-2009 bersama presiden SBY ini memiliki sosok yang ramah dan murah senyum serta gaya bicaranya yang unik dengan logat yang khas. Beliau juga merupakan sosok ke-bapak-an yang dihormati dan dituakan. Salah satu capaian yang membuat nama beliau melejit adalah saat beliau menggagas dan menjadi mediator tercapainya perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia di Helsinki, Finlandia pada tahun 2006. (Baca: JK Bertemu Pimpinan GAM di Finlandia Minus Hasan Tiro )
Capaian lainnya adalah ketika JK menginisiasi pencalonan Taman Nasional Komodo di NTT sebagai bagian dari "New Seven Wonders of the World" atau tujuh keajaiban dunia baru yang dibuat oleh suatu organisasi.(Baca: Naik ke Mimbar, JK Serukan Dukung Komodo)
Itulah gambaran sosok para capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2014 tahun ini. Semua tulisan diatas dibuat oleh dasar pengetahuan sendiri dan hasil riset yang diolah dari berbagai sumber. Sekali lagi, andalah yang menentukan siapa yang akan memimpin bangsa ini lima tahun kedepan. Jangan golput, beri suara anda karena anda menjadi penentu bangsa ini kedepannya.
Time in Jakarta 