Gue disambut adek perempuan gue yg ada di rumah, tak lama mommy ku pulang dari pengajian, juga menyambutku.. lalu tak lama mommy ku mengajakku untuk ke sekolah SMA lamaku yang juga sekolah adik-adikku, SMAN 13 Bekasi. Katanya ada acara pertemuan gitu.. lalu sekitar jam 1 siang, gw dan mommy gue berangkat ke SMA gue itu, cuaca pun masih normal, tak ada tanda mau hujan atau apapun itu..
Gue bernostalgia selagi mommy gue bersama sejumlah orang tua lain berada di aula sekolah dalam acara pertemuan tersebut, gue juga bertemu dengan sejumlah guru-guru pengajar gue semasa lalu. Tak lama berselang, cuaca pun berubah. Angin kencang datang dan awan gelap pun datang menutupi langit kota Bekasi. Rintik hujan pun datang beriringan dengan angin tersebut.
Gue yang berada di aula sekolah di lantai dua gedung baru merasakan keanehan saat hujan angin yang begitu kencang, disaat para orang tua sedang berdiskusi bersama guru dan kepala sekolah SMA gue itu. Lalu mendadak angin menjadi makin kencang, ranting pohon pun bergoyang dan daun bertiupan terlihat di luar jendela sekolah, seperti angin topan dihadapan mata, hanya terhalangi oleh dinding sekolah dan jendela. Para orang tua lalu lari berhamburan keluar ruangan. Beberapa sambil berteriak, ada yang berdoa memohon keselamatan, ada pula yang mencoba menelpon keluarga di rumah. Guru-guru sibuk memindahkan peralatan listrik seperti infokus dan layar.
Lalu, mendadak hujan angin membesar, disertai petir. Tak lama, listrik sekolah padam, menambah ketakutan sejumlah orang tua. Genangan air pun terasa di lantai 2 itu karena atap ruangan kelas di depan aula yang bocor dan merembeskan air hujan tersebut. Ketakutan gue makin berasa saat melihat atap gedung lab yang baru dibuat rontok satu demi satu karena terjangan angin kencang itu. Merasa lokasi tempat gue berada tidak aman, wakil kepala sekolah pun menyuruh semua orang di lantai 2 gedung baru itu untuk turun ke lantai 1 karena dikhawatirkan terjadi hal yang jauh lebih buruk..
Gue bersama sejumlah orang tua yang berada di lantai 2 turun ke lantai 1. Hiruk pikuk terasa disana, mencoba menenangkan diri sejenak. Lalu gue dan mommy gue pindah ke lantai 1 gedung lama yang hanya dipisahkan oleh jembatan. Ketika melewati jembatan, begitu kaget ketika melihat sebuah mobil yang diparkir di depan sekolah kejatuhan dahan pohon. Saat di gedung lama, semuanya merasa jauh lebih tenang, walau masih ada pula yang mengkhawatirkan keluarga di rumah akibat hal ini.
Mungkin satu atau dua jam teror bencana itu, hujan pun akhirnya reda walau masih ada rintik-rintik, dan banjir masih menggenangi sekitar sekolah gue itu. Akhirnya gue dan mommy gue kembali ke rumah dengan selamat. Ini mungkin bisa menjadi satu pengalaman paling menakutkan, bagaimana gue dihadapkan pada peristiwa serasa seperti kapal titanic yang akan tenggelam. Merasa seperti sekolah mau "roboh" ditiup angin..
Berikut dokumentasi foto seperti diambil Guru Fisika SMA gue, Ibu Nur Pamungkas, S.Si (Ibu Ukas)