Namun bedanya, selain ke Dufan kali ini naik Bus (bukan Kereta), melainkan juga karena bertepatan dengan (masih) bulan puasa. Sempat tersirat pemikiran kalo ke Dufan barangkali bisa menghilangkan penat sekaligus (secara tak sadar) dapat menghabiskan waktu berpuasa disana.
Pukul 08.00 lebih sedikit, rombongan yang menamakan diri "PHP Community" (dahulu: Hwulaa Community) berangkat dari kediaman di Pondok hijau ke Ancol. Dengan menumpangi Bus P 9A jurusan Bekasi - Senen, kita berangkat bersama dalam suasana sejuk.
Setelah hampir satu setengah jam berkutat dengan bus kota, turunlah kami di depan Rs. Santa Carolus daerah Salemba dengan maksud menaiki Bus Trans Jakarta yang kebetulan haltenya dekat untuk menuju Ancol. Sambil menunggu kami berfoto-foto dulu sejenak.
Setelah bus tiba, akhirnya kami pun berangkat dengan bus trans Jakarta ke Ancol. Walau kami harus berdiri (pada awalnya), namun kebersamaan nampak terasa di bus trans jakarta. Tak beberapa selang, tibalah kami di Halte Busway Ancol. Capek dan panas begitu terasa saat tiba di Ancol.
Setibanya di Loket Tiket Dufan, kami lantas membeli tiket yang cuma bayar setengah harga (harga awal: 120.000 menjadi 60.000) karena ada promo setengah harga melalui flyer dalam rangka 25th Ancol dari Mama Kakak Monik/Della. Menuju ke pintu masuk Dufan, kami sejenak berfoto terlebih dahulu.
Sesaat setelahnya kami pun memilih wahana apa yang hendak dicoba pertama. Kami pun memilih Hysteria. Kebetulan ini pertama kalinya gue naik Hysteria karena saat trip bareng Ghazi, gue memilih tidak ikut. Namun kali ini Kak Riya dan Axel memilih tidak ikut. Rasa deg-degan terasa saat mengantre karena begitu cepatnya mengantre sehingga tidak sadar kalau kita berempat sudah diposisi hendak naik wahana itu.
Perasaan tegang tak terelakan saat kami mengambil tempat di depan berhadapan dengan orang-orang yang menunggu diluar wahana. Perasaan takut layaknya jantung copot terasa saat kami naik (melesat) dengan cepat ke Angkasa. saat turun pun perut terasa agak mual. Akhirnya kami pun berhasil melewati wahana dengan berbagai perasaan/cerita menarik.
Selanjutnya adalah naik Kora-Kora. Saat trip bersama Ghazi, wahana inilah yang pertama kali dicoba. Perasaannya tidak mengenakan. Rasa mual sangat terasa saat berhadapan dengan wahana yang satu ini. Namun kali ini, gue punya trik yang menjawab pertanyaan "Kenapa orang-orang nggak merasa mual saat naik wahana ini?". Jawabannya adalah TERIAK yang kencang. Dan alhasil trik ini pun jitu. Gue dengan berteriak kencang sampai diliat orang depan gue pada akhirnya bisa mengatasi rasa mual itu.
Setelah berpuas diri dengan Kora-kora tibalah saatnya menaiki wahana Halilintar (Rollet/Jet Coaster). Rasa Deg-degan menghantui kawan-kawanku yang takut ketika melihat tingginya roller coaster ini. Namun Rasa itupun hilang ketika sudah berhasil melewati wahana Halilintar.
Setelah menjajal Halilintar, saatnya kembali menjajal wahana Dufan. Dan yang beruntung adalah wahana Arung Jeram. Segala persiapan telah dilakukan yakni mempersiapkan pakaian ganti kalau kebasahan. Dan itupun terbukti dengan basah kuyupnya sekujur tubuh kami semua. Setelahnya Axel pun bergegas ganti baju.
Selanjutnya saat waktu menunjukkan siang bolong, saatnya makan siang di Mc. Donald (bagi kakak Monik dan Kakak Della yang tidak berpuasa, kakak Riya yang lagi "halangan" dan Axel yang cuma kuat setengah hari berpuasa) sekaligus gue dan Dissya untuk Sholat Zuhur.
Setelah menjajal rumah-rumah, kini giliran wahana alap-alap atau halilintar versi anak-anak (karena ukurannya setengah dari halilintar untuk dewasa). Saat menunggu, kami melihat betapa enaknya menaiki wahana ini. Saking enaknya sampai ada yang bermain hingga enam kali (seharusnya tiga/empat kali) karena sang operator ke-enak-an mengobrol dengan rekan sesama operator wahana alap-alap.
Karena itulah ketika giliran kami berenam menaiki alap-alap, Axel lantas menyuruh mas-mas operator untuk memainkannya 5 kali. Mas operator memberi guyonan dengan memberinya 3 setengah kali dengan perkiraan roller coaster berhenti di tengah rel permainan. Ternyata suruhan axel pun menjadi kenyataan. 5 kali berputar-putar menikmati wahana alap-alap sampai tangan kesakitan karena terlalu keras mencengkram handel pengaman. Belum ditambah kekencangan wahana saat dijalankan untuk ke-4 dan ke-5 kali.
Setelah ber alap-alap ria, kini saatnya bermain ke Rumah Boneka. Dengan menggunakan kapal, kami berenam menjelajahi isi rumah Boneka. Puluhan bahkan ratusan boneka ada didalamnya dengan me-representasikan seluruh budaya negara-negara di dunia. Ada dari Suku-suku di Indonesia, negara-negara seperti India, Timur Tengah, Inggris, Belanda, Perancis, hingga Australia dan Polinesia, semua tersaji didalamnya. Boneka-boneka bergerak mengikuti irama lagu yang disesuaikan dengan adat setempat.
Gue begitu kagum melihat budaya dari negara-negara yang dibuat nyata, seperti Mesir dengan "Cleopatra", India dengan Tarian Khasnya, Belanda dengan kincir angin-nya, Eskimo dengan suasana dingin kutub dan Ikan, Afrika dengan Kuda Nil-nya, hingga Australia dengan kumpulan domba-domba yang nampak nyata.
Setelah berpuas dengan rumah boneka, saatnya menaiki wahana terakhir yakni Bianglala. Keindahan utara Kota Jakarta sangat terasa saat tempat bianglala yang kami tempati berada di ketinggian maksimal. Tidak hanya itu, keriuhan pemain wahana Kora-kora yang tepat berada di sebelah wahana Bianglala sangat terasa.
Dan akhirnya waktu sudah menunjukkan sore pukul 5 ketika seluruh pengunjung Dufan meninggalkan kawasan itu untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Gue dan adikku bergegas membeli air minum untuk "berjaga-jaga" kalau tiba-tiba saat perjalanan sudah waktu berbuka puasa. Kak Riya dan Kak Della lantas mengajak kami makan (berbuka) di A.W Kawasan Pantai Indah Ancol. Setelah waktu berbuka tiba kami melahap makanan yang telah dibeli sebelumnya.
Setelah makan kami bergegas pulang dengan rute yang sama di awal yakni naik Bus Trans Jakarta ke Salemba baru naik Bus P 9A ke Bekasi. Demikia cerita singkat Exclusive dan terbaru. Akhirnya Wassalamualaikum Wr. Wb.
0 comments:
Posting Komentar