Kongres PSSI "deadlock", Puncak Kehancuran Sepakbola Indonesia
Namun apalah yang terjadi. Bukan berembug dan menyelesaikan masalah tapi justru saling hujat, interupsi dan adu mulut hingga membuat sidang menjadi ricuh dan tidak kondusif. Kongres yang seharusnya memperjuangkan kelangsungan sepak bola Indonesia justru malah menghancurkannya. Kelompok 78 yang mengaku memiliki mayoritas suara di kongres justru bertindak layaknya anak-anak. Kelompok yang seharusnya ikut memperjuangkan nasib sepak bola indonesia justru mempertontonkan aksinya yang tidak simpatik dan memalukan.
Kelompok 78 merupakan kelompok yang mengaku memiliki mayoritas suara yang juga memperjuangkan kehendaknya untuk menjadikan George Toisutta dan Arifin Panigoro (yang jelas-jelas telah ditolak KN maupun FIFA) untuk menjadi ketua dan wakil ketua umum PSSI. Keinginan inilah yang memperuncing kondisi kongres malam itu. K-78 mempertanyakan penolakan GT-AP sebagai ketum dan waketum PSSI. Namun jawaban yang diberikan ketua KN dan perwakilan FIFA, Thierry Regenas belum mampu memuaskan K-78.
K-78 terus mempertanyakan penolakan tersebut. Bahkan K-78 meminta agar diadakan satu sesi penjelasan Komite Banding terkait penolakan GT-AP di agenda kongres tersebut. Hujan interupsi pun terjadi. Ketua KN, Agum Gumelar bahkan menawarkan voting secara tertutup terkait diadakannya sesi penjelasan tersebut. Namun ditolak karena ingin voting dilakukan secara terbuka. Setelah Agum menyetujuinya. Justru K-78 meminta agar pemimpin sidang diganti.
Inilah yang menjadi puncak kekisruhan di kongres tersebut. interupsi hingga adu mulut antar peserta kongres pun membuat kericuhan. Hujan teriakan pun terjadi seperti arena orasi pengunjuk rasa di jalan. Akhirnya Agum pun seraya berkata "Karena suasana sudah tidak kondusif, dengan mengucap Alhamdulillah dan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia...." dan diketuklah palu sebagai tanda berakhirnya kongres yang berakhir "deadlock" padahal belum masuk ke inti permasalahan yakni memilik ketum dan waketum PSSI.
Gagalnya kongres ini pun disesali berbagai kalangan yang berharap banyak atas hasil kongres ini. Sejumlah kalangan menilai K-78 menjadi otak penyebab gagalnya kongres. Seperti mantan calon ketua umum PSSI, Adhyaksa Dault yang menjadi tamu di acara Apa Kabar Indonesia Malam di TVOne. Adhyaksa menerima banyak kiriman sms maupun telepon yang menyatakan kekecewaannya atas gagalnya kongres yang ditengarai akibat ulah K-78.
Adhyaksa pun meminta presiden SBY agar turun tangan membenahi masalah ini. Serta memohon agar GT-AP agar bersedia untuk berlapang dada atas penolakan yang dikeluarkan komite Banding KN dan FIFA serta memohon agar K-78 menahan diri atas tindakan yang dianggap memalukan Bangsa Indonesia. Begitu pula dengan Sutiyoso, salah satu calon ketum PSSI yang hadir di kesempatan yang sama menyatakan kesedihannya atas gagalnya kongres tersebut.
Gagalnya kongres tersebut berdampak negatif terhadap persepakbolaan Indonesia. Indonesia dan PSSI terancam diberi sangsi oleh FIFA berupa sangsi suspend dimana PSSI dibekukan dari keanggotaan FIFA dan Timnas maupun klub sepakbola Indonesia terancam tidak bisa ikut di kejuaraan Internasional.
Hal ini pun membuat para punggawa timnas U-23 yang sudah berlatih dengan keras di Batujajar, Kab. Bandung harus bersiap tidak dapat tampil di ajang SEA games yang akan berlangsung di Palembang, 11-22 November 2011. Selain itu para punggawa klub Indonesia seperti Sriwijaya FC, Arema Indonesia dan Persipura Jayapura terancam didiskualifikasi dari kejuaraan AFC (Asian Football Champion) akibat dampak dari sangsi tersebut.
Maka dari itu, ada baiknya sebagai bangsa yang beradab hendaknya mementingkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi maupun kelompok agar kejadian memalukan seperti kongres tadi tidak terulang lagi. Biarlah kita merelakan kepentingan pribadi kita untuk kepentingan yang lebih besar daripada menekan ego kita sendiri yang justru memperkeruh suasana bahkan dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri.
0 comments:
Posting Komentar